Sepuluh
Wilayah Kebudayaan Jawa Timur: Sebuah Keunikan di Timur Jawa Dwipa
Indonesia
sebuah negara di belahan bumi bagian tenggara. Negara multikultural dengan
kondisi geografis berupa kepulauan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak negara di dunia, dengan sumber daya alam yang begitu berlimpah. Kearifan budaya lokal juga menjadi catatan tersendiri bagi organisasi dunia dalam bidang kebudayaan UNESCO mencatat jengkal demi jengkal rekam jejak kebudayaan di Indonesia.
Pelancong-pelancong asing sedikit demi sedikit menjajal nikmatnya surga Indonesia yang sangat memanjakan dan menjanjikan bagi banyak orang. Idaman para pelancong menjadikan peluang tersendiri bagi pemerintah Indonesia dalam bidang wisata, jadi memang sangatlah penting untuk pemerintah dan masyarakat menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, tentunya kita harus mengenal dulu apa saja budaya yang kita miliki.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak negara di dunia, dengan sumber daya alam yang begitu berlimpah. Kearifan budaya lokal juga menjadi catatan tersendiri bagi organisasi dunia dalam bidang kebudayaan UNESCO mencatat jengkal demi jengkal rekam jejak kebudayaan di Indonesia.
Pelancong-pelancong asing sedikit demi sedikit menjajal nikmatnya surga Indonesia yang sangat memanjakan dan menjanjikan bagi banyak orang. Idaman para pelancong menjadikan peluang tersendiri bagi pemerintah Indonesia dalam bidang wisata, jadi memang sangatlah penting untuk pemerintah dan masyarakat menjaga dan melestarikan budaya Indonesia, tentunya kita harus mengenal dulu apa saja budaya yang kita miliki.
Budaya
Indonesia banyak sekali jumlahnya, tiap wilayah akan memiliki budaya dan kearifan
lokal yang berbeda-beda. Perbedaan itu membuat Indonesia semakin eksotis dimata
dunia. Perbedaan itu membuat Indonesia semakin dewasa dan bijaksana. Begitu
pula dengan Jawa Timur, Provinsi paling timur di pulau jawa ini memiliki
keunikan tersendiri. Tentunya dalam hal kebudayaannya. Jawa Timur memiliki
sepuluh wilayah kebudayaan yang berbeda, uniknya ini dalam satu provinsi yang
sama. Ini bisa menjadi keunikan bahkan peluang memajukan Jawa Timur dan mungkin
Indonesia jikalau kita mampu memahami dan menjaga agar kesepuluh wilayah ini
tetap ada dan berkembang. Jawa Timur memiliki luas sekitar
47.922 km² dengan jumlah penduduk 37.687.662 pada tahun 2011 yang
tersebar pada 38 kabupaten dan kota tentunya akan membuat Jawa Timur memiliki
beragam kebudayaan yang muncul dari perilaku masyarakat.
Menurut
Koentjaraningrat (1983) tentang unsur kebudayaan, beliau menyatakan bahwa ada
tujuh unsur dalam sebuah kebudayaan secara universal. Ketujuh unsur kebudayaan
tersebut antara lain adalah sistem religi, sistem organisasi masyarakat, sistem
pengetahuan, sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, sistem teknologi dan
peralatan, bahasa, dan kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan itu membuat Jawa
Timur tebagi menjadi sepuluh wilayah kebudayaan. Menurut Ayu Sutarto (2004) ada
sepuluh wilayah kebudayaan Jawa Timur yaitu Jawa Mataraman, Jawa Panaragan,
Arek, Samin (Sedulu Sikep), Tengger, Osing (Using), Pandalungan, Madura Pulau,
Madura Bawean, dan Madura Kangean. Kesepuluh wilayah tersebut tentu memiliki
keunikan tersendiri, corak budaya yang berbeda dan kearifan lokal yang akan
membangun Jawa Timur menjadi salah satu dari sekian ribu kawasan di Indonesia
yang sangat eksotis, serta membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik dan
bermartabat.
Wilayah
kebudayaan Jawa Mataraman memiliki corak kebudayaan yang hamper sama dengan
yang ada di wilayah Yogyakarta dan Surakarta atau corak kebudayaan dari
Kerajaan Mataram. Pola kehidupan masyarakatnya juga sangat mencerminkan
kehidupan masyarakat jawa mataram. Bahasa yang digunakan masyarakat wilayah ini
juga sangat mataram, walaupun tingkat kehalusan berbeda dengan masyarakat yang
ada di Yogyakarta dan Surakarta, namun pada dasarnya mereka memiliki satu garis
leluhur yang sama. Cara bercocok tanam dan sistem sosial masyarakat jawa mataraman
juga tidak jauh beda dengan wilayah mataram di jawa tengah. Begitu pula dengan
selera kesenian yang sangat bercorak mataram, banyak jenis kesenian seperti
ketoprak, wayang purwa, campur sari, tayub, wayang orang, dan berbagai tari
yang berkait dengan keraton seperti tari Bedoyo Keraton. Wilayah yang tercakup
dalam Jawa Mataraman yaitu masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Ngawi,
Kabupaten dan Kota Madiun, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kabupaten dan
Kota Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten dan Kota
Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan
Kabupaten Bojonegoro. Namun masih perlu dipertanyakan jika Lamongan dan
Bojonegoro termasuk dalam wilayah kebudayaan ini, karena dari segi bahasa menurut
saya sangat berbeda. Ini semua masih butuh penelitian yang lebih lanjut agar
dapat dipastikan cakupan wilayah kebudayaan Jawa Mataraman.
Wilayah
Jawa Panaragan merupakan masyarakat daerah Ponorogo. Wilayah kebudayaan disini
secara cultural terkenal dengan masyarakat yang sangat menghormati tokoh-tokoh
formal yang mereka kenal sebagai pangreh praja, tetapi tokoh-tokoh seperti
warok dan ulama juga menjadi tokoh penting dalam masyarakat Panarangan. Jenis
kesenian wilayah ini sangat terkenal di Indonesia bahkan dunia, serta sempat
diklaim sebagai kebudayaan sebuah negara di Asia yang secara garis kebudayaan
memang masih serumpun yaitu melayu. Jenis kesenian tersebut yaitu Reog
Ponorogo, juga beberapa kesenian lain seperti lukisan kaca dan tayub ponorogo.
Pada wilayah ini juga masih butuh penelitian lebih lanjut, mengapa daerah ini
tidak masuk dalam wilayah Jawa Mataraman? Melihat kondisi geografis wilayah ini
diapit oleh daerah dengan kebudayaan Jawa Mataraman, seperti Pacitan, Magetan,
Madiun, dan Kediri.
Wilayah
Arek merupakan wilayah kebudayaan yang cukup dikenal dan dapat dikatakan
sebagai ciri khas Jawa Timur. Masyarakat wilayah ini dikenal memiliki semangat
juang yang tinggi, terbuka terhadap perubahan masa, dan mudah
beradaptasi. Bondo nekat menjadi ciri khas komunitas ini.
Perilaku tersebut bisa sangat positif hingga munculnya sifat patrotik ya sangat
luar biasa, namun bisa menjadi sangat destruktif apabila tidak ada kontrol dari
masyarakat itu sendiri. Surabaya dan Malang menjadi pusat kebudayaan Arek.
Kedua kota besar ini menjadi pusat kebudayaan Arek karena kondisi sosial
masyarakatnya yang begitu komplek dan heterogen, bisa dikatakan menjadi pusat
bidang pendidikan, ekonomi, dan parawisata di Jawa Timur. Terutama pada kota
Surabaya yang menjadi tempat yang nyaman bagi segala kebudayaan yang datang
bersinggah di Jawa Timur. Kesenian tradisional (rakyat) yang banyak berkembang
di sini adalah Ludruk, Srimulat, wayang purwa Jawa Timuran (Wayang Jek Dong),
wayang Potehi (pengaruh kesenian China), Tayub, tari jaranan, dan berbagai
kesenian bercoral Islam seperti dibaan, terbangan, dan sebagainya. Sikap
keterbukaan, egalitarian, dan solidaritas yang tinggi membuat semua jenis
kesenian bisa hidup di wilayah ini seni rupa berbagai jenis, gaya, dan aliran
mampu berkembang pesat di wilayah kebudayaan Arek, begitu juga dengan seni
kontemporer, sastra, tari, dan teater yang menjadi warna tersendiri pada
kebudayaan Jawa Timur. Wilayah kebudayaan Arek meliputi Surabaya, Malang,
Mojokerjo, Gresik, Sidoarjo.
Wilayah
kebudayaan Samin merupakan wilayah dengan populasi yang semakin sedikit
keberadaannya. Masyarakat Samin sangat unik, mereka paling anti dengan yang
namanya penjajahan dan bersikap jujur merupakan harga mati bagi mereka.
Masyarakat komunitas Samin menganggap manusia yang baik adalah manusia yang
kata dan perbuatannya sama. Wilayah kebudayaan Samin berpusat di Blora Jawa
Tengah, namun persebarannya hinggi mencakup Jawa Timur, yaitu Bojonegoro.
Wilayah ini masih butuh banyak penelitian-penelitian yang lebih akurat, karena
melihat kondisinya yang semakin tersingkir oleh jaman, sudah sepatutnya kita
turut menjaga dan melestarikan wilayah ini sebagai warisan leluhur yang tentu
sangat bermanfaat untuk membangun Indonesia dan Jawa Timur pada khususnya.
Wilayah
kebudayaan Madura pulau dikenal sebagai komunitas dengan keuletan dan
ketangguhannya. Jiwa penjelajahnya begitu terkenal hampir serupa dengan
masyarkat bugis dan minangkabau. Kondisi tanah yang kurang subur menyebabkan
mereka harus melakukan tindakan lain selain bertani. Garam menjadi komoditi
utama masyarakat Madura dalam bidang perekonomian. Agama Islam menjadi hal yang
paling mendasari mereka dalam bertindak dan bersikap. Seperti halnya Ponorogo,
kiai menjadi tokoh yang sangat berpengaruh dalam masyarakat. Sistem pendidikan
pesantren semakin membuat tokoh agama seperti kiai ini sangat berperan dalam
segala bidang kehidupan masyarakat Madura. Kesenian yang berkembang di wilayah
ini banyak diwarnai nilai Islam. Mulai dari tari Zafin, Sandur, Dibaan, Topeng
Dalang (di Sumenep), dan sebagainya. Karya sastra bernuansa Islam juga sangat
mewarnai kebudayaan masyarakat Madura. D. Zawawi Imron merupakan kiai sekaligus
maestro sastra Indonesia juga berasal dari pulau garam ini. Bahasa Madura
memiliki keunikan tersendiri di Jawa Timur. Ragam Bahasa Madura sangat berbeda
dengan apa yang ada kebanyakan di Jawa Timur. Masyarakat kebudayaan ini juga
berhubungan dengan masyarakat Madura Bawean dan Kangean yang pada dasarnya
merupakan kebudayaan Madura, namun memiliki perbedaan diantara mereka, yang itu
masih perlu penelusuran lebih lanjut.
Wilayah
kebudayaan Pandalungan merupakan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir
pantai utara Jawa Timur Bagian timur, seperti Pasuruan, Probolinggo, Lumajang,
Jember, Sitobondo, dan Bondowoso. Sebagian besar masyarakat wilayah ini memilih
untuk bercocok tanam dan sebagai nelayan. Masyarakat wilayah ini sangat
dipengaruhi oleh budaya Madura. Corak mataraman dan Pandalungan mewarnai
kesenian pada wilayah ini, dengan corak keislaman yang begitu kuat dalam setiap
kesenian yang ditawarkan. Ada hal unik dalam kebahasaan masyarakat Pandalungan,
apabila kita bertemu dengan kawan yang berasal dari Pandalungan kita akan
mengira mereka adalah orang Madura, terlihat dari bahasa mereka, padahal mereka
bukan orang Madura, bahasa mereka lebih condong ke bahasa jawa, namun dengan
dialek Madura yang sangat kuat. Merekapun tidak mau disebut orang Madura,
karena mereka punya kebudayaan tersendiri, walaupun masih mendekati kesamaan
dengan wilayah Madura.
Wilayah
kebudayaan Osing merupakan wilayah yang cukup khas di Jawa Timur. Terletak di
daerah kabupaten Banyuwangi, terutama di wilayah yang berdekatan dengan Bali.
Masyarakat Osing begitu rajin dalam hal pertanian dan memiliki bakat seni yang
luar biasa. Kesenian masyarakat ini perpaduan budaya Jawa dan Bali, serta
pengaruh Pandalungan juga begitu terlihat karena mobilitas sosial wilayah ini
juga berhubungan dengan wilayah Pandalungan. Wilayah masyarakat Osing ada
kesenian Gandrung Banyuwangi yang begitu terkenal di Jawa Timur, sekaligus
Indonesia pada umumnya, lalu Kentrung, dan Burdah (Gembrung).
Wilayah
kebudayaan Tengger mencakup wilayah Tengger Bromo, Probolinggo. Masyarakat ini
sangat terkenal dengan tradisinya yang masih sangat terjaga. Nilai-nilai
kerajaan Majapahit masih sangat melekat dalam tiap tindakan masyarakat Tengger.
Animisme dan Hindu juga tetap hidup dalam wilayah ini. Ucapara Kasada merupakan
ritual adat yang paling terkenal di masyarakat Tengger. Bertani dan menikmati
hasil hutan merupakan objek bergantungnya kehidupan masyarakat Tengger. Wilayah
ini juga merupakan objek wisata yang sangat dirindukan oleh banyak wisatawan
lokal dan asing.
Itulah
kesepuluh wilayah kebudayaan Jawa Timur yang masing-masing memiliki cira khas
dan keunikan tersendiri yang tentunya dapat kita manfaatkan untuk kehidupan
kita sehari-hari. Data di atas jauh dari kata sempurna, namun data tersebut
bisa sedikit memberikan gambaran kepada kita apa itu Jawa Timur.
Penelitian-penelitian kebudayaan masih sangat dibutuhkan untuk mengungkap
segalanya tentang Budaya Jawa Timur. Indonesia begitu kaya dengan segala
kearifan lokalnya yang seharusnya bisa membuat bangsa ini menjadi negarasuper
power tentunya bukan karena militernya seperti halnya Amerika,
juga bukan karena perekonomiannya seperti China, apalagi perpolitikannya,
Indonesia negara adidhaya dengan senjata Budaya.
Kusnadi. Cerita
Rakyat Pesisiran Jawa Timur Perspektif Antropoligis. Jember.
Koentjaraningrat.
1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Ayu
Sutarto. "Studi Pemeetaan kebudayaan Jawa Timur"
(Studi Deskkriptif Pembagian 10 (sepuluh)
sub kebudayaan Jawa Timur). 2004. Program
Studi Antropologi. FISIP-Universitas Jember.
0 komentar:
Posting Komentar